Sabtu, 17 Februari 2018

Pertemuan Pertama

Pertemuan Pertama
Sumber pic pixabay

Pagi itu aku terburu-buru menuju stasiun, tidak seperti biasanya aku kesiangan pagi ini. Padahal aku sudah mencoba untuk tidur lebih awal. Hari ini aku ada janji untuk bertemu dengan seseorang.
Bahkan ini adalah pertemuan pertama untuk kami. Kami berjanji bertemu di jam 3 sore, sekarang sudah jam 11 siang.

Sedangkan jarak antara tempat kost ku menujut tempat pertemuan kami itu lumaya jauh. Seharusnya aku bisa sampai tepat waktu jika tidak ada halangan lain.

Tapi mungkin Tuhan punya rencana lain, hari ini kereta sedikit terlambat sekitar setengah jam. Saat itu juga aku harus antri untuk membelu kartu trip/ticket. Bodohnya aku lupa membawa kartu KMT ku, harusnya aku tidak perlu antri jika saja katu keretaku terbawa.

Antrian begitu panjang, ya ini hari libur dan tanggal muda juga, jadi wajar banyak orang yang berpergian untuk liburan. Itu bukan waktu yang sedkit, tapi mau bagaimana lagi ini salah satu akses tercepat menuju tempat pertemuan kami.

Didalam perjalanan dalam kereta aku tersadar jika tasku tertinggal di stasiun, ya tadi aku terburu-buru untuk segera naik kereta agar dapat tempat duduk dan melupakan tas di kursi tunggu “aku benar-benar teledeor” sekarang jam sudah menunjukan 01.25pm.

Aku harus berhenti di stasiun berikutnya dan kembali menunggu kereta untuk kembali ke stasiun awal. Benar-benar teledor dan bodoh, padahal aku punya janji pertemuan, semoga saja aku bisa sampai tepat waktu disana dan dia tidak menunggu dengan kecewa.

Aku harus menunggu kereta sekitar 10 menit lagi, untuk menuju stasiun awal tadi aku harus menempuh waktu sekitar 20 menit. Lumayan karena aku sudah melewatkan 4 stasiun kereta.

Sesampainya di stasiun awal aku bergegas menuju tempat dimana aku tad meninggalkan tas ku. Dan ternyata disana sudah ada para penumpang yang sedang menunggu  kereta, benar sekali tasku sudah tidak ada.

Aku beranikan diri bertanya kepada mereka, namun tak satupun yang tau tentang keberadaan tasku. Akhirnya aku bertanya kepada petugas kereta, dan alhamdulillah ternyata tasku di simpan olehnya.
Ini sedikit repot, aku di hujani banyak pertanyaan terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan kembali
tasku.

 Aku ditanya tentang isi didalam tas itu. Untung saja aku masih ingat, karena isinya hanya sebuah laptop dan beberapa buku untuk aku baca di dalam perjalanan.

Sekarang jam menunjukkan pukul 02.10pm, ya tidak sadar aku sudah melewatkan waktu selama itu hanya untuk mengambil kembali tasku. Aku benar-benar merasa bodoh hari ini.

Aku bergegas untuk segera meniki kereta, tapi lagi-lagi aku harus menunggu sekitar 15 manit. Karena keretea sudah berangkat dan menunggu kereta selanjutnya.

02.25pm kereta datang dan aku dengan sigap naik lalu mencari tempat duduk, hari ini aku sedang tidak ingin berbagi tempat duduk kesiapapun. Walau itu orang tua sekalipun yang sedang berdiri.

Yang ada dalam fikiranku adalah segera sampai ketempat pertemuan.

Ini pun aku harus menunggu lagi sekitar 10 menit sebelum kereta berangkat, karena menunggu semua penumpang masuk kedalam.

Di tengah perjalanan ada ibu-ibu yang berdiri didepanku, sudah kubilang aku hari ini tidak ingin berbelas kasih dan berbagi bangku.

Tapi hati lagi-lagi egoku kalah dengan rasa iba. Aku melihat kanan kiri tak ada seorangpun yang mau berdiri mempersilahkan ibu-ibu tua itu duduk.

Dengan terpaksa aku mengalah, ini selalu terjadi setiap aku naik kereta. Aku tak pernah full mendapat kursi sampai stasiun tujuanku. Tapi aku bersyukur di berikan kesempatan untuk saling berbagi.

Karena bosan aku membuka buku dalam tasku, salah satu kebiasaanku ketika dalam perjalanan. Sambil berdiri aku membaca buku, tidak perduli lagi dengan sekitar kadang aku tertawa sendiri membaca buku.

Sampai aku tak mendengar lagi suara pemberitahuan ini sudah sampai stasiun mana. Pada akhirnya ketika aku sadar aku sudah terlewat beberapa stasiun dari yang seharusnya aku turun.

Lagi- lagi aku harus bergegas turun dan menunggu kereta untuk kembali lagi ke stasiun yang seharusnya menjadi tujuanku.

Sekarang sudah pukul 02.59pm, ya aku pasti telat. aku sudha pasrah jika dia tidak lagi menungguku disana dan pulang sebelum aku sampai disana.

Akhirnya kerta datang dan aku segera mungkin naik, dengan rasa bersalah aku hanya bisa pasrah.
Sesampaina di stasiun tujuan aku langsung bergegas turun dan segera menuju taman dimana kami beranji untuk bertemu, jarak dari stasiun kereta bisa di bilang tidak dekat juga tidak terlalu jauh.

Tidak ada angkutan umum menujut kesana, jadi aku harus jalan kaki. Untuk mempercepat waktu aku harus berlari sesegera mungkin. Karena sekarang aku benar-benar sudah terlambat.

03.20pm aku sampai di taman, nafasku terengah-engah karena berlari. Mataku memandangai setiap sudut tempat taman mencari dia.

Sudah kukelilingi taman itu namun aku tak menemukan dia, dengan wajah lelah aku sangat menyesal karena kebodohan dan kecerobohan ku.

Mungkin sekarang dia sedang berjalan pulang karena lelah menungguku yang tak kunjung datang. Aku pun merebahkan tubuh taman, ya merbahkan tiduran. Rasa lelah bercampur sesal, ini pertemuan pertama kami tapi aku mengacaukannya.

Saat mata memandang langit, aku melihat senyum seseorang yang aku kenal, lalu dia menjulurkan tangannya.

“kamu lama, aku hampir pulang dan lelah menunggu. Tapi aku yakin kamu akan datang jadi aku kembali lagi kesini”.

Aku pun tersenyum dan segera menyambut uluran tangannya. Belum sempat aku akuterbangun dari dudukku. Suara alrm membangunkan aku dari tidurku. Ya segera aku sadar jika semua itu hanyalah mimpi.

Dan kenyataanya aku hsrus bergegas menuju kantor, karena aku sudah kesiangan. Senyumnya tetap melekat di bayangku, kadang aku tersenyum sendiri membayangkan senyumnya. Meski itu hanya mimpi.

Jumat, 26 Januari 2018

Kau Hadir Tanpa Aku Memintanya


Aku tak pernah meminta siapapun hadir dalam kehidupanku, tapi tuhan menggerakkan hati untuk mengenalmu.

AKu tak pernah meminta kau mau mengenalku, cukup aku saja yang memiliki rasa penasaran dalam hatiku.

Aku selalu takut akan kehadiran sebuah rasa, meski aku tak pernah menolaknya. Aku takut rasa ini menjadi sebuah cinta yang membuatku terperangkap dalam kegelisahan.

Kau tau, aku sudah tak ingin percaya dengan cinta. Aku sudah tak ingin mengenal cinta lagi.

Tapi kau hadir merobek segalanaya, mencabik rasa benciku terhadap cinta. Fikiranku mencaci maki hatiku yang tak mampu menjaga rasanya.

Aku sudah mencoba menghapusmu, namaun setiap kali fikiranku hendak seperti itu. Hati memberontak dan menikam, hatiku melukai dirinya sendiri.

Aku mengalah dan mengikuti apa yang akan dilakukan oleh hati. Rencana yang tak pernah di setujui oleh fikiranku yang selalu bilang, "Selain janji Cinta itu hanyalah sebuah omong kosong".

Aku mengangguk dan membenarkannya, karena itulah cinta yang sebenarnya. Yang membuat aku tak pernah ingin mengenal namanya cinta lagi.

Tapi hati selalu bersikeras "mungkin selama ini kalian benar, tapi hari ini aku merasakan yang beda darinya"

Sesuatu yang aku takutkan kini terjadi, rasa yang biasa tadi menjadi sebuah cinta yang membuat lemah hati.

Yang membuatnya lupa diri, yang membuatnya tak lagi percaya dengan logika sendiri.

Cinta itu menakutkan, benar benar menakutkan. Meski aku tak pernah memintanya hadir namun dengan sendirinya dia datang.

Itu bukan aku, tapi hati yang menggerakan aku. Yang menggerakan jemari untuk say hai kepadamu.

Aku dan fikiranku malu, malu dengan apa yang sudah kami janjikan. Bahwa kami tidak akan pernah mau mengenal cinta lagi sebelum kami setuju dialah tulang rusukku.

Tapi hari ini aku tetap mengikutinya, mengikuti arah hati kemana dia pergi. Aku akan berusaha membuatnya nyaman meski aku bingung apa yang sedang hati ini rasakan.

Yang pasti aku tak pernah memintamu hadir, aku tak pernah mengharapkanmu hadir dalam kehidupanku. Akupun tak pernah ingin hadir dalam kehidupanmu, yang merusak harimu.

Ini semua mau hati, dan Tuhan yang menggerakkan semuanya. Maafkan aku yang tak mampu menjaga hati ini lagi untuk tetap keras, kini dia sudah mulai lunak oleh cinta dan omong kosong.

Aku dan Kesendirianku


Kau tau rasanya sepi?
Mungkin untuk orang lain sepi itu hal yang menjijikan, sepi itu hal yang menakutkan. Tapi tidak untuk aku yang selalu menikmatinya.

Aku selalu merasakan bahagia ketika sepi hadir menyelimuti. Didalam sepi aku bisa menjadi diri sendiri.

Aku tak harus berpura-pura menjadi siapapun, didalam sepi aku mampu bebas berekspresi.

Sepi bukan berarti aku sendiri, ya.. aku tidak pernah merasa sendiri. Karena aku yang lain selalu menemani.

Mereka hadir dalam kesendirianku, di dalam ruang yang redup sedikit cahaya tanpa bayangan aku bicara dengan diriku yang lain.

Karena diruang kesendirian aku hidup dan menjadi diriku sendiri. Akau akan berubah 180 derajat dari apa yang orang lain lihat.

Diruang redup ini aku bebas mengekspresikan diri seperti apa mau hatiku sendiri.

Dikamarku yang redup ini, dunia kecil selalu tercipta tanpa batas, yang tak akan pernah di pahami manusia lain.

Dikamarku yang redup ini pula aku menjadi aku yang lain, di dalamnya ada kesedihan, kebahagiaan, rasa sepi yang hanya aku bisa merasakannya.

Dikamarku yang tanpa bayang ini aku bebas berbicara dengan aku yang lain, yang selalu memberikank kalimat semangat dan ide-ide dalam fikiranku.

Kesendirian adalah obat bagiku, obat lelah dimana aku selalu terperangkap didalam keramaian yang penuh dengan drama dan kebohongan.

Didalam kesendirian aku mampu berdiri dari setiap kekalahan. Aku selalu menikmatinya, menikmati rasa kesepian.